Jumat, 22 Juli 2011

BLOGGING MENGATASI PENGANGGURAN

Bukan isapan Jempol
seperti jempol Facebook Judul blogging mengatasi
pengangguran isapan jempol,
mungkin iya mungkin tidak,
namun coba isaplah jempol anda.
Anda punya kerjaan kan jadinya,
membersihkan jempol atau malah gosok gigi. Blogging ada dan
menjamur bahkan membuat
kecanduan adalah hal positif.
Mengapa positif? Ditengh carut
marutnya informasi para blogger
dan individu pemakai internet dapat memproduksi informasi
sendiri yang lebih akurat, dilihat
dengan mata kepala sendiri dan
dilakukan sendiri, dibiayaai sendiri
dan ditulis sendiri. Jurnalisme
mandiri seperti ini hanya terjadi di dunia perbloggingan, siapa
yang diuntungkan? tergantung
darimana kita melihatnya bukan?. Bodohnya pemerintah adalah
menerbitkan UU ITE dan kominfo
terutama menterinya yang
mungkin gaptek dan memiliki
paham mengharamkan teknologi
informasi dengan banyaknya perbuatan atau regulasi kendala
yang kadang mengkhawatirkan
perkembangan akses media
informasi. RPM Konten dan semua
hal yang berbau kerahasiaan
bahkan hingga pencemaran nama baik pun dimasukkan dalam UU
ITE dimana perbuatan blogging
adalah ranah individu yang
mencari jalan untuk kebebasan
berekspresi di internet. Bukan
Kebebasan sebagai kata kunci namun menyalurkan ekspresi
yang tak bisa atau butuh
perluasan jangkauan secara
murah dan cepat ketika melalui
protokol internet. Ngebloglah sebelum anda
menjadi pengangguran atau
dipecat Bayang krisis ekonomi memang
masih mengerikan, apalagi
bencana alam. Sebelumnya disaat
masih kondisi baik seharusnyalah
belajar tentang teknologi
informasi dan komunikasi serta cara penggunaan dan
pemaanfaatannya sangatlah
penting. Mengapa? tidak usah
banyak tanya!!! Kesempatan menjadi penyedia
konten kreatif masih banyak,
meskipun negara kita tak mampu
mensupport atau menyediakan
3000 calon doktor yang
disekolahkan gratis plus beasiswa di Jerman selama seratus tahun.
Itu mungkin karena bodohnya
kita juga. Wilayah kita terlalu
banyak informasi yang tersendat
dan kadang sulit dimunculkan
karena tak adanya dorongan mengkonvergensikan informasi
dan teknologi. Kesombongan dan
batas kelas miskin, menengah
dan kaya sangat kentara dan
kadang saling tidak bisa
mentolerir. Banyak usaha dan upaya dari
generasi muda kreatif untuk
menjadi wahana monetizing blog
seperti idblognetwork, kaskus, multiply, maupun secara
bersama-sama mendirikan
komunitas-komunitas untuk
menghidupi pekerjanya yang
bekerja secara suka rela demi
masyarakat. Kuis-kuis hingga kontes yang bisa ditekuni atau
saling membuatnya untuk
berlomba, belum lagi usaha-usaha
kreatif yang berkelas
internasional lainnya. Dan jangan
lupa, anda pun bisa berjualan sendiri di blog, atau minimalnya
membranding sesuatu agar bisa
diketahui orang banyak. Dengan penulisan yang kreatif
dan konten yang konsisten akan
dapat menyuarakan sesuatu
tersebut. Bukankah hal seperti
itu bisa dilakukan di sosial media?
Memang benar namun apakah dengan keterbatasan kalimat
dan gambar semuanya bisa
dijelaskan, bukan tidak mungkin
semuanya harus di dukung
dengan blog untuk memberikan
keterangan yang mendalam. Bagaimana menembus batas
kelas-kelas informasi Tak ada batas sebenarnya di
mana pun itu, batasan itu
hanyalah persepsi kita sendiri
dalam melihat segala sesuatu.
Ketika kita mampu menampilkan
sesuatu produk barang atau produk pikir niscaya setiap orang
akan menilai, dan tentunya
penilaian itupun tergantung
referensi dan intelijensi
penilainya, meski ada indikator
umum, namun emosi juga memiliki pengaruh. Bagaimana membuat menjadi
menarik, intens dan komunikatif,
semua manusia memiliki
kemampuan yang sama
tergantung bagaimana mengasah
dan terutama jam terbangnya. Bisa dipelajari baik dengan
membaca teori, praktek atau
bahkan dengan banyak ngobrol
dan diskusi. Kepedulian dan
antusiasisme menjadikan
semuanya bisa menjadi lancar apalagi dengan dibukanya akses
dan wadah menjadi Relawan TIK. Tanpa dukungan para pegiat
dunia informasi dan teknologi
tentunya mimpi indah Kominfo
hanya diwadahi di atas bantal
seperti 'iler'. Dunia internet adalah dunia aku
dan kamu, bukan ndoro dan
batur, atau majikan dengan
pembantunya. Semua memiliki nilai
dan akses yang sama, bukan
berarti menganggap internet seperti Tuhan, atau hukum,
namun bagaimanapun internet
hanyalah infrastruktur untuk
mencapai sesuatu goal yang kita
inginkan. Kalo inginnya hanya
hangout ya hangout, kalo maunya galau ya galau bersama
dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar